Strategi Pendidikan Karakter

Gagasan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Muhadjir Effendy, tentang sekolah seharian perlu dilihat sebagai bagian dari strategi pengembangan pendidikan karakter utuh dan menyeluruh. Terlepas dari pro-kontra istilah yang digunakan, Mendikbud telah berhasil mengajak publik untuk berpikir, berbicara, dan berpendapat. Ini

Doni Koesoema A.M.Ed.

Lahir pada April 1973 di Klaten Jawa Tengah. Ia menjalani pendidikan menengah di SMA Seminari Santo Vincentius a Paulo, Garum, Blitar, Jawa Timur (1989-1992). Gelar Sarjana Filsafat diperoleh di Sekolah Tinggi Filsafat (STF) Driyarkara, Jakarta (1998) dengan skripsi berjudul, “Keadilan

Prof.Dr.Muhadjir Effendy M.A.P

Sebagai praktisi dan pemerhati pendidikan, Pak Doni telah lama menggeluti pendidikan karakter. Buku-bukunya tentang pendidikan karakter banyak menjadi rujukan. Tulisan opininya kerap muncul di Koran Nasional Kompas. Ini menjadi bukti bukan hanya produktivitas dan kreativitasnya sebagai penulis, melainkan juga menunjukkan

Debat Pendidikan

Persoalan mendasar pendidikan perlu diperdebatkan agar diperoleh solusi jernih dan rasional, bukan sekedar lontaran jargon, janji-janji manis, dan solusi absurd yang tidak bisa diterapkan di lapangan. Debat ketiga Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) menjadi momen untuk menguji

Pendidikan Keagamaan

Naskah Rancangan Undang-Undang (RUU) tentang Pesantren dan Pendidikan Keagamaan begitu tersiar ke publik langsung menuai pro dan kontra. RUU terkesan dipaksakan. Ada apa di balik RUU ini? Urgensi sebuah UU bisa dilihat dari bagian pertimbangannya. Pertama, RUU ini dibuat untuk