Jakarta, Gatra.com – Anggota Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP) Doni Koesoema menilai Perguruan tinggi saat ini masih terlalu kaku dalam membelah ilmu-ilmu pengetahuan di pelaksanaan pengajarannya. Padahal, di era sekarang ini, pembelajaran justru menitik beratkan pembagian ilmu secara multi disiplin.
“Karena Universitas itu pusat pembelajaran universal, dia mencari kebenaran universal. Maka proses pencarian kebenaran secara universal ini yang harus jadi bagian dari perguruan tinggi,” kata Doni di Kantor BSNP, Jakarta, Selasa (21/1).
Doni menyayangkan justru keilmuan di pendidikan tinggi saat ini cenderung parsial. Hal itu tidak bisa dihindari karena sejatinya sudah ditanamkan sejak Sekolah Menengah Atas (SMA), dengan metode penjurusan yang dianggap sudah tidak sesuai dengan konteks abad 21.
“Sebagai contoh, Arkeologi sejarah. Kenapa kita tidak punya Arkeologi yang hebat? Karena di Arkeologi tidak diajarkan Kimia. Padahal, mengitung karbon dan lain-lain itu penting, tapi itu tidak diajarkan. Artinya, ilmu sosial dan sains sekarang harus menjadi satu dan memperkaya. Memisahkan itu sudah tidak relevan,” katanya.
Doni juga mengungkapkan bahwa ilmu multi disiplin ini tidak terlalu dikembangkan di tingkat Universitas.
Dia pun mencontohkan di tempatnya menjadi dosen, pembelajaran Critical Thinking hanya diajarkan di Jurusan Ilmu Komunikasi. Padahal, ilmu tersebut sejatinya menjadi basis yang dibutuhkan di setiap jurusan.
“Critical Thinking itu bukan cuma latihan, tapi ada teorinya. Maka harus ada critical thinking yang diajarkan. Nah, dengan tidak banyaknya yang mengajatkan pemikiran kritis itu, jadi kita banyak salah mengambil keputusan dan menarik kesimpulan, karena keputusan analisis logikanya tidak jalan. Itu sebabnya banyak yang mudah terpancing hoaks sekarang ini,” ujarnya.
Sumber: Gatra.Com