
Merdeka.com – Ada hal yang tidak biasa pada proses Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) tahun ajaran baru 2020/2021. Pada yang 13 Juli mendatang, para siswa akan memulai hari pertamanya dengan melanjutkan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ).
“Kalau sebuah daerah dinyatakan hijau, tidak berarti aman. Bila tanpa didukung data-data rapid tes dan PCR. Intinya, pembukaan sekolah harus memenuhi ketentuan WHO,” ujar Doni Koesoema, Anggotan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP).
Memang tidak semua daerah menerapkan PJJ. Daerah yang masih berada di zona hijau akan melaksanakan KBM dengan tatap muka langsung seperti biasa. Pandemi Covid-19 mengubah pola pendidikan yang mengharuskan sistem pembelajaran beralih ke digital.
Selama tiga bulan ini, sebagian daerah di Indonesia sebenarnya sudah menerapkan sistem pembelajaran secara online. Khususnya di kota-kota besar. Meski begitu, harus disadari bahwa cara tersebut belum efektif. Kondisi ini bahkan sampai menjadi sorotan Wakil Presiden Ma’ruf Amin.
Sistem pembelajaran online yang diterapkan selama masa pandemi Covid-19 dinilai tidak efektif. Banyak kendala dalam proses pelaksanaannya. Ma’ruf menyadari bahwa salah satunya lantaran keterbatasan koneksi internet di sejumlah daerah.
Bagi Pengamat Pendidikan dari Komnas Pendidikan, Andreas Tambah, selama tiga bulan penerapan PJJ memang tidak efektif. Para siswa tidak terlalu memahami apa yang diterangkan gurunya melalui pertemuan virtual.
Kondisi ini ditambah masih banyak guru melakukan proses belajar mengajar dengan pembawaan yang membosankan. Perlu kreativitas lebih dilakukan para guru dalam menyampaikan materi agar bisa menarik perhatian para siswa.
“Coba kita lihat ke realita yang ada dari belajar online selama 3 bulan ini. Banyak anak-anak yang hanya absen saja. Join namun tidak fokus pada apa yang diterangkan gurunya,” kata Andreas kepada merdeka.com.
Sebaiknya para guru bisa mengembangkan berbagai cara agar menarik perhatian para siswa. Andreas menyarankan lembaga pendidikan bisa berkolaborasi dengan entertainer yang lebih bisa menarik perhatian anak-anak.
Dalam keadaan PJJ, kata dia, banyak orangtua murid yang mengeluhkan bahwa anak-anaknya menjadi mudah emosi. Kondisi itu disadari karena banyak siswa bosan terlalu lama di rumah.
“Dunia anak itu kan dunia yang ceria ya, dunia bermain. Ada dunia yang dirampas karena Covid-19 ini. Mereka tidak bisa bertemu temannya. Maka sistem PJJ harus dibuat seceria mungkin, semenarik mungkin,” ungkapnya.
Bukan hanya guru saja yang mempunyai peran yang sangat penting terhadap perkembangan pendidikan anak. Orangtua juga mempunyai peran yang tidak kalah penting.
Pengamat Pendidikan Prof Arif Rahman Hakim, saat ini guru terbaik bagi para siswa adalah orangtua di rumah. Sehingga perang keluarga di rumah menjadi kunci para siswa tetap bisa berkembang meski hanya belajar di rumah secara digital.
“Sekarang yang menjadi guru dan kepala sekolah itu orangtuanya sendiri,” kata Arif Rahman Hakim saat dihubungi merdeka.com.
Peran orangtua dalam pendidikan di masa pandemi corona juga menjadi perhatian Wakil Ketua Komisi X DPR RI dari Fraksi Golkar, Hetifah. Memang orangtua memegang peranan yang sangat penting dalam kondisi ini. Seharusnya para guru memberikan tugas sekolah yang bisa dilakukan oleh anak maupun orangtuanya seperti tugas menanam tanaman, memelihara hewan, membersihkan rumah, ataupun membantu orang tua memasak.
Hetifah menyadari betul bila anak-anak bosan dengan pembelajaran daring yang sangat terbatas. Tidak semua guru bisa menyampaikan materi yang kreatif. Sebagian besar hanya memberikan tugas saja.
Khusus di sebagian daerah yang akses internetnya sulit, sebaiknya mulai diberlakukan sistem pembelajaran tatap muka. Tentu harus sesuai dengan penyesuaian kenormalan baru di sekolah. Di antaranya, ruang kelas tidak boleh diisi penuh dan harus diberi jarak setiap tempat duduk. Kemudian mereka juga tidak diharuskan masuk sekolah full selama seminggu, jam pelajaran pun harus dikurangi.
“Intinya sekolah yang dibuka harus menerapkan protokol kesehatan ya,” kata Hetifah.
Dalam PJJ 2020, sebagian daerah diperbolehkan melakukan tatap muka langsung. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan membagi tiga wilayah. Yaitu, zona kuning, oranye dan merah.
Pemerintah daerah juga dilarang membuka sekolah di daerah yang tidak aman alias zona merah. Belum ada sanksi bila terjadi pelanggaran. Kemendikbud hanya meminta agar sekolah ditutup dan menerapkan PJJ bila dirasa tidak aman.
Adapun untuk pembukaan sekolah di zona hijau, sebaiknya dilakukan bila data selama tiga pekan menunjukkan hasil nol di suatu daerah. Tidak adanya kasus ini harus dibuktikan dengan rapid tes dan PCR sekitar 10 persen penduduk, terutama di tempat publik, pedagang pasar, sopir angkot, pertokoan, dan sebagainya.
Sedangkan bagi wilayah dengan keterbatasa teknologi, ada sebaiknya guru datang ke rumah para siswa. Minimal seminggu sekali. Dengan cara itu juga bisa mengajak para orangtua untuk ikut terlibat. Cara ini terutama bagi wilayah yang terpencil. Tentu dengan menerapkan protokol kesehatan.
Mulai Juli 2020, tahun ajaran baru dimulai. Pola pembelajaran dibagi menjadi dua yaitu pembejaran jarak jauh dan tatap muka langsung.
Untuk metode PJJ, Kemendikbud memastikan bagi siswa tidak cukup uang untuk membeli kuota maka bisa menggunakan dana BOS yang diatur oleh kepala sekolah masing-masing. Bila tidak memungkinkan maka pembelajaran tidak secara online melainkan offline.
Kemendikbud memintah para orangtua juga tidak memaksakan anaknya untuk sekolah bila merasa situasi belum aman. Pemerintah tetap mengutamakan masalah kesehatan untuk saat ini. “Orang tua tidak wajib mengirim anaknya ke sekolah jika merasa tidak aman,” ungkap Plt. Direktur Jenderal Pendidikan Anak Usia Dini, Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, Hamid Muhammad kepada merdeka.com. [ang]
Sumber: Merdeka.com