Jakarta, Pendidikankarakter.org. Pemerhati pendidikan Doni Koesoema A menyatakan bahwa kegiatan mendongeng merupakan cara yang paling efektif dan tradisional dalam membentuk karakter, ujarnya dalam seminar online Bincang Sejiwa #2 yang mengambil tema “Membangun Karakter Anak lewat Bercerita: Dongeng sebagai Media Pembangun Karakter Anak,” di Jakarta, Minggu (15/7).
Bincang Sejiwa merupakan program talkshow kolaborasi antara pendidikankarakter.org dengan Yayasan Sejiwa, untuk mengembangkan karakter dan kebajikan dengan mengundang narasumber khusus yang diminta untuk berbagi pengalaman pengembangan keutamaan dan karakter.
Bincang Sejiwa #2 mengundak Kak Aio, yang memiliki nama asli Mochamad Ariyo Faridh Zidni. Kak Aio merupakan penggagas berdirinya Gerakan dalam sebuah komunitas sosial bernama Komunitas Ayo Dongeng Indonesia!
Tercetusnya gerakan ini berawal dari permintaan beberapa peserta belajar mendongeng yang diadakan oleh Kak Aio. Profesi peserta mendongeng antara lain guru, Pekerja Kantoran, Mahasiswa/i, Remaja, dan dari beragam profesi atau latar belakang lain. Selain senang dengan dunia anak, dunia cerita (dongeng) dan ingin belajar dongeng, para pelajar dongeng ini ingin sekali mendongeng untuk berbagi cerita dan ceria ke anak-anak yang jauh dari indahnya dunia cerita. Inilah cita-cita yang digagas Kak Aio.
“Kami juga mengembangkan relawan dongeng. Pada saat ini, Komunitas Ayo Dongeng Indonesia dimotori oleh Empat Manggala Dongeng, Manggala itu adalah pemimpin dalam bahasa Sansekerta, yaitu Kak Acid, Kak Aci, Kak Aio dan Kak Nina,” jelas Kak Aio.
Diena Haryana, pendiri Sejiwa mengatakan bahwa pengalaman Kak Aio sebagai pencerita sangat kuat dan menarik karena ditempa pengalaman hidupnya selama ini, “ia sosok yang luar biasa, terlebih pengalaman hidupnya yang mengalami berbagai macam kesulitan dan tantangan. Ini tak menghalangi niatnya untuk menjadi pewarta karakter dan kebajikan melalui dongeng,” sambung Diena.
Doni mengatakan, dalam diri setiap orang selalu hidup sang anak. “Kita memiliki rasa kagum,gembira, ingin bermain, dan berimajinasi. Pembentukan karakter dan kebajikan akan efektif melalui cerita karena dongeng merupakan metode pewarisan nilai yang sudah teruji sepanjang sejarah peradaban umat manusia. Setiap kebudayaan mewariskan nilai-nilai melalui cerita dan dongeng,” ujar Doni.
Mendongen memiliki dua sisi penting. Bagi pendongeng dan bagi pendengar. Bagi pendongeng, ia memiliki pengetahuan dan perspektif terhadap-nilai-nilai kehidupan. Sedangkan bagi pendengar, ujar Doni, ia akan mengembangkan daya imajinasi, memahami nilai-nilai kebaikan.
“Dalam konteks pendidikan karakter, imajinasi moral dalam dongeng sangat dibutuhkan. Karena melalui dongeng, ada imajinasi aksi, sikap, tindakan, dan perilaku yang mudah dipahami anak,” jelas Doni. “Sikap simpati dan empati dapat dilatih dalam diri anak dengan mengalami dan merasakan ada dalam posisi orang lain,” sambung Doni.
Doni mengingatkan bahwa apa yang dialami oleh manusia, sejauh itu pengalaman manusia, layak dipahami dan dimengerti oleh setiap orang. Mengutip tulisan Percy B. Shelley dalam bukunya The Defence of Poetry, Doni mengatakan bahwa “ seorang manusia, agar menjadi orang yang besar dan luhur, harus mengimajinasikan secara intensif dan komprehensif, dia harus belajar bagaimana berada dalam posisi orang lain melalui kesedihan, kegembiraan umat manusia dan menjadikannya sebagai pengalamannya sendiri. Sarana paling efektif untuk imajinasi moral adalah melalui kegiatan bercerita.”
Dalam konteks pendidikan karakter, Doni mengatakan bahwa pendidikan karakter bukan hanya membentuk individu menjadi orang yang baik dan berkarakter, namun juga memiliki kebajikan yang dapat mentransformasi dirinya sebagai manusia yang lebih sempurna.
“Manusia membangun cerita hidupnya sendiri, dengan cara ini, ia mengubah dirinya, mengubah masyarakat, dan mengubah dunianya,” jelas Doni.